Pahlawan Kecil
Biar hidup pas-pasan asal di jalani dengan
keluarga yang lengkap membuat hidup Sinar sangatlah bahagia. Biar setiap hari
makan nasi dan garam pun asal bersama keluarga yang lengkap serasa makan daging setiap hari. Namun itu dulu saat ibu Sinar masih sehat, semua
kegiatan di laluinya dengan keluarga yang lengkap tapi sekarang ayah Sinar
meninggalkan ibu Sinar. Dia pergi saat Sinar dan ibunya tertidur pulas. Dia
pergi tanpa meninggalkan pesan. Sinar bocah 6 tahun itu belum mengetahui
apa-apa. Dia tidak mengerti mengapa ayahnya pergi meninggalkan rumah dengan
keadaan ibunya yang sakit itu.
Setelah ayah Sinar pergi meninggalkan Sinar
dan ibunya, Sinar pun merawat ibunya sendiri. Setiap hari ia ke hutan untuk
mencari kayu dan menjualnya di pasar. Setelah mendapat uang hasil penjualan
kayu bakar Sinar pun ke tempat penampungan beras untuk memungut beras yang
berjatuhan di tanah. Pemilik penamupungan beras itu tidak melarang Sinar untuk
mengambil beras yang berjatuhan itu asalkan Sinar tidak membuat kericuhan dan
bukan beras yang berada di karung yang ia ambil. Setelah pulang dari pasar
Sinar langsung menyimpan uang yang ia dapat di kaleng susu. Setelah itu ia pun
ke dapur untuk memasak untuk ibunya. Beras yang ia dapatkan dari pemungutan di
penampungan beras tadi ia cuci dengan bersih karena beras itu penuh dengan
tanah dan pasir. Setelah tercuci bersih beras itupun di masak. Setelah nasinya
masak Sinar mengambil satu piring dan menyimpan nasi tersebut di piring itu dan
menaburinya sedikit garam. Kemudian Sinar pergi ke samping ibunya dan menyuap ibunya.
“bu, hari ini kita makan nasi dan garam dulu yah.
Sinar janji, besok Sinar akan membeli lauk untuk ibu.” Kata Sinar
“nasi dan garam ini sudah cukup nak.” Kata ibu
Sinar
Sinar
menyuap ibunya dan sekali-kali ia memakan nasi itu juga. Setelah Sinar makan ia
memberikan obat untuk ibunya.
“ibu
makan obat dulu setelah itu ibu istrahat.” Kata Sinar
Sinar
memberikan obat untuk ibunya dan Sinar menarik kaki ibunya karena ia ingin
memindahkan ibunya ke tempat yang berteduh karena hari itu hujan turun atap
rumah Sinar bocor. Karena ibu Sinar terkena lumpuh total dan dia tidak dapat
menggerakkan badannya sedikit pun. Jika Sinar ingin memindahkan ibunya maka ia
menarik kaki ibunya dan menyeretnya ketempat yang ia ingin kan. Sinar sangat
kasihan melihat ibunya ia seret begitu namun, Sinar tidak dapat berbuat apa-apa
karena ia hanya sendiri, ia tidak dapat mengangkat tubuh ibunya yang besar itu
jadi ia hanya dapat menarik dan menyeret badan ibunya itu. Setelah ibunya
tertidur pulas Sinarpun ke sungai untuk mencuci, walau hujan turun dengan
derasnya ia pun tetap berjalan menyelusuri hutan untuk ke sungai. Setelah
sampai di sungai iapun mencuci pakaian ibunya.
Setiap
hari Sinar lalui dengan bekerja dan merawat ibunya. Satu minggu sudah ayah
Sinar meninggalkan keluarganya. Semua kebutuhan ibunya Sinar tanggung sendiri.
Hari itu obat ibu Sinar sudah habis dan dia berencana kepasar untuk membeli
obat. Dia mengembil uang tabungannya dan keluar dari pintu rumahnya. Namun,
setelah ia berada di depan pintu rumah maka Sinar melihat sesuatu yang aneh, ia
melihat ayahnya berdiri di depan rumah. Sinar berteriak dengan histeris.
“ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
ayah pulang buuuuuu.”
Ayah Sinar mendekati Sinar dengan wajah yang
datar. Dengan perasaan yang sangat senang Sinar memeluk ayahnya dan mencium
tangan ayahnya.
“ayah
dari mana?” Tanya Sinar
“mana
ibu mu?” Tanya ayah Sinar
“didalam
ayah, ayah kangen yah sama ibu?” ledek Sinar
Ayah Sinar tidak mempedulikan perkataan Sinar, ia
langsung masuk ke dalam rumah dan langsung mendekati ibu Sinar. Sinar pun
berlari menghapiri ayah dan ibunya. Namun Sinar menemukan hal yang tidak pernah
ia lihat sebelumnya. Ayah Sinar meminta uang kepada ibu Sinar dengan perlakuan
yang kasar. Karena ibu Sinar tidak dapat melawan sehingga ibu Sinar hanya
menangis dan Sinar memeluk ibunya dengan kencang. Ternyata ayah Sinar melihat
tangan Sinar dan melihat uang yang ada di tangan Sinar. Ayah Sinar mengambil
uang Sinar dengan paksa.
“ayah jangan ambil uang itu, uang
itu untuk membeli obat ibu” kata Sinar dengan menangis terseduh-seduh
Ayah Sinar tidak mempedulikan perkataan Sinar ia
mengambil uang yang ada di tangan Sinar dan pergi meninggalkan Sinar dan
ibunya. Sinar menangis dan memeluk ibunya.
“ibu maafkan Sinar, Sinar tidak
bisa membelikan ibu obat karena uangnya di ambil ayah.” Kata Sinar sambil menangis dan memeluk ibunya.
Ibu Sinar hanya menangis di pelukan Sinar dan
tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Keesokan
harinya Sinar kembali ke pasar dan memulai dari awal lagi mengumpulkan uang
untuk membeli obat ibunya. Hari ini Sinar lebih giat lagi untuk bekerja. Hari
sebelumnya ia hanya menjual kayu bakar di pasar tapi hari ini Sinar menambah
pekerjaanya lagi yaitu menjadi kuli di pasar. Dia membantu pedang maupun
pembeli untuk mengangkat dagangan dan belanjaannya. Sekali angkat Sinar di gaji
lima ribu baik itu barangnya banyak maupun sedikit. Hari ini Sinar pulang malam
dan tidak sempat masak untuk ibunya akhirnya ia berniat untuk membeli nasi
bungkus untuk ibunya karena dia juga teringat akan janjinya beberapa hari yang
lalu kalau ia akan memebelikan ibunya lauk. Sinar pun menuju ke warung yang ada
di depan pasar ia memesan satu bungkus nasi yang berlaukkan telur.
“biar pun itu hanya telur asalkan
ibu kenyang dan senang, kan aku pernah janjiin ibu lauk.” Kata Sinar dalam
hati.
Sinar berjalan dengan girangnya menuju ke rumah.
Sesampainya di depan rumah ia melihat rumahnya gelap tanpa ada suara sedikit
pun.
“assalamualaikum
ibu, Sinar pulaang.” Sinar masuk kerumah dan langsung mencari pelita dan korek
untuk memberikan dia penerangan. Di rumah Sinar tak ada aliran listrik karena
rumah Sinar berada di dalam hutan dan jika listrik dapat masuk Sinar pun
enggang untuk memasang listrik karena ia tidak sanggup membayar biaya listrik
tersebut. Setelah menyalakan pelita Sinar kaget melihat lantai rumahnya yang
terbuat dari kayu itu basah. Banyaak genangan air di dalam rumah Sinar.
“apa
jangan-jangan tadi hujan. Ibuuuuuuuuuuuuuu.” Kata Sinar.
Sinar pun berlari mecari ibunya. Ternyata benar
dugaan Sinar ibunya terkena hujan badan ibu Sinar basah dan dia menggigil.
Sinar segera memeluk ibunya dan menariknya ke tempat yang lebih kering. Badan
ibu Sinar gemetaran dan panas.
“ibu maafin Sinar. Sinar telat
pulang, ibu jadi kehujanan dan ibu sakit. Ibu maafin Sinar.” Sinar meminta maaf
kepada ibunya sambil menangis.
“iya naaaakkkkk.. ibu juga nggak
kenapa-kenapa” kata ibu Sinar terpatah-patah.
Sinar melepaskan pelukannya dan berlari mengambil
sarung butut dengan lubang dimana-mana dan bantal kusam yang selalu mereka
gunakan setiap malam. Namun malam ini bantal dan sarung itu di gunakan
sepenuhnya oleh ibu Sinar karena ia sedang sakit.
“ibu makan dulu yah. Tadi sinar
beliin ibu nasi bungkus. Sinar kan pernah janjiin ibu lauk, ini Sinar sudah
beliin ibu makan yah.” Kata Sinar sambil membuka pembungkus nasi bungkus itu.
Sinar menyuap ibunya. Ibunya makan dengan lahap
karena dia sangat kelaparan sudah seharian di tinggal oleh Sinar.
“kamu
nggak makan nak?” kata ibu Sinar
“tadi
Sinar udah makan duluan bu.” Jawab Sinar sambil tersenyum
Walau sebenarnya Sinar sangat kelaparan ia
membohongi ibunya kalau dia sudah makan padahal diapun sebenarnya sangat
kelaparan. Tapi dia tidak ingin mengganggu ibunya yang makan dengan lahapnya.
Setelah makan Sinar mengambil handuk bekas dan merendmnya kedalam air dingin
dan meletakan handuk itu di atas jidat ibunya. Sinar mengompres kepala ibunya
karena ia tidak bisa keluar membelikan obat untuk ibunya. Setelah ibu Sinar
tertidur Sinarpun merebahkan badannya di samping ibunya tanpa beralaskan tikar
ataupun sarung dan tanpa adanya bantal.
Seminggu
sudah Sinar telah bekerja keras untuk mengumpukan uang. Setiap harinya Sinar
menabung uang yang ia dapat itu di kaleng susu yang biasanya ia jadikan
celengan namun sekarang Sinar menyimpang kaleng itu di bawah rumah karena
kebetulan rumah Sinar adalah rumah kayu atau rumah panggung namun tidak seperti
rumah panggung yang seperti ada di bugis. Sinar mengubur kaleng itu di dalam
tanah dan lubang itu di lapisi Sinar dengan papan kemudian di kubur dengan
mengunakan tanah. Sinar harap ayahnya tidak menemukan uang yang ia tabung itu
karena uang itu ingin ia gunakan untuk membeli obat ibunya karena sudah
seminggu ibunya tiduk minum obat dan tubuhnya sangat lemas karena tidak pernah
meminum obat tersebut. Sinar sangat kasihan melihat kondisi ibunya ia duduk
tertekun di depan lubang yang ia buat itu. Ia berfikir bagaimana caranya dapat
membelikan obat untuk ibunya sedangkan uang yang ia miliki kurang lima puluh
ribu.
“saya harus bekerja keras agar
dapat membelikan ibu obat.” Kata Sinar sambil berdiri dari tempat duduknya.
Sinar pun berlari menuju pasar dan mencari
pekerjaan lagi karena tidak ada lagi yang memerlukan tenaga Sinar untuk
mengangkat barang-banrangnya jadi Sinar mencoba mencari pekerjaan lagi. Namun
sudah satu jam lebih Sinar mengelilingi pasar untuk mencari pekerjaan tapi
tidak ada satu pun yang memerlukan tenaga Sinar. Sinar duduk di trotoar jalan
sambil memikirkan ibunya. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah warung yang
pernah ia singgahi beli nasi bungkus.
“apa disana ada pekerjaan untuk
ku?” Tanya Sinar pada dirinya sendiri.
Sinar pun berlari menuju warung tersebut dengan
harapan mendapat pekerjaan yang layak.
“ibu.. permisi apa saya bisa
bekerja dsini bu?” Tanya Sinar kepada ibu pemilik warung tersebut.
“maaf dek sepertinya warung ini
tidak membutuhkan tenaga tambahan”
“tapi bu saya perlu pekerjaan bu
untuk membeli obat untuk ibu saya” harap Sinar
“ya sudah kamu cuci piring yang
ada di belakang”
“iya bu, makasi bu.” Sinar
mencium tangan ibu warung itu dan berlari menuju tumpukan piring yang ada di
belakang.
Sinar dengan semangatnya mencuci bersih semua
piring-piring kotor itu. Setelah dia selesai mencuci piring maka dia meminta
izin kepada ibu pemilik warung itu untuk membantunya mengangkat makanan pesanan
orang dan mengantarkan makanan yang orang pesan. Karena ibu warung menerima
pesanan makanan juga, banyak pedang pasar yang memesan makanan ke warung tempat
Sinar bekerja. Hari sudah malam akhirnya Sinar meminta izin kepada ibu warung
untuk pulang karena ibu hanya tinggal sendiri. Ibu warung itu pun mengizinkan
Sinar untuk pulang sebelum Sinar pulang ibu warung itu memberikan upah dua
puluh ribu kepada Sinar dan memberikan Sinar dua bungkus nasi. Sinar sangat
senang akan pemberian ibu warung itu dia pun lari pulang kerumah. Keesokan
harinya Sinar ke apotik untuk membelikan obat untuk ibunya walaupun hanya
seperdua obat yang ia beli Sinar merasa senang karena dapat membelikan ibunya
obat. Saat membeli obat Sinar bertemu dengan seorang dokter dan dokter itu pun
menyapa Sinar.
“dek,
untuk siapa obat itu?” Tanya dokter itu
“untuk
ibu Sinar kak.” Jawab Sinar.
“ibu
kamu lumpuh?”
“iya kak, ibu Sinar lumpuh sudah
satu tahun ibu lumpuh tapi ayah
meninggalkan ibu karena dia tidak sanggup lagi membelikn obat untuk ibu.
Sekarang Sinarlah yang harus mencari uang untuk membeli obat untuk ibu. Sinar
hanya bisa beli setengah obat ibu karena uang Sinar tidak cukup.” Jelas Sinar
sambil meneteskan air mata.
“saya bisa ketemu dengan ibu
kamu?” Tanya dokter itu.
“bisa kak.” Sinar sangat senang
karena ada orang yang ingin melihat ibunya.
Sinar dan dokter itu ke rumah Sinar. Dengan
perjalanan kurang lebih dua jam Sinar dan dokter itu sampai di rumah Sinar.
Sinar mengajak dokter itu bertemu dengan ibu Sinar. Dokter itu sangat kasihan
melihat Sinar dan ibunya. Seorang anak berusia enam tahun dapat merawat ibunya
yang terkena lumpuh. Karena kasihannya, dokter itu berencana memberikan bantuan
kepada Sinar. Dokter itupun meminta Sinar untuk menemuinya besok pagi di rumah
sakit tempat ia bekerja. Dokter itupun meminta izin kepada Sinar dan ibunya
untuk pulang karena ia harus kembali ke rumah sakit.
“siapa dokter itu nak” Tanya ibu
Sinar dengan suara paraunya. Ia kelihatan sangat lemas karena beberapa hari
terakhir ini ia tidak pernah minum obat.
“nggak tahu bu, tadi Sinar ketemu
dia di apotik dan dia ingin ketemu dengan ibu” jawab Sinar sambil menyuapkan
obat kepada ibunya.
Keesokan
harinya Sinar ke alamat rumah sakit yang telah di berikan dokter itu kepada
Sinar. Setelah sampai di rumah sakit Sinar bertemu dokter itu di pintu masuk
rumah sakit.
“kebetulan
kamu sudah datang ayo ikut kakak.” Ajak dokter itu
Sinar mengikuti langkah dokter itu dan ternyata
dokter itu masuk kesebuah ruangan dokter yang sangat besar. Saat sampai di
ruangan, dokter itu membuka laci mejanya dan mengambil sebuah amplop coklat.
“ini untuk kamu. Pake uang itu
untuk berobat ibu kamu. Maaf Sinar kakak harus pergi.” Dokter itu keluar dari
ruanganya dan Sinarpun mengikutinya.
Sinar sangat senang dengan pemberian dokter itu
karena kegirangannya dia lupa mengucapkan terima kasih. Dia pun berlari menuju
mobil dokter itu.
“ada
apa Sinar?” Tanya dokter itu
“terima kasih kak uangnya. Semoga
ibu bisa sembuh dengan bantuan kakak.”
“iya Sinar sama-sama. Salam untuk
ibu kamu.”
“iya kak.”
Dokter itupun hanya terenyum dan melajukan
mobilnya menjauh dari Sinar. Sinar pun ke apotik dan membelikan ibunya obat
untuk persediaan satu minggu kedepan. Setelah ke apotik dia ke warung untuk
membelikan ibunya makanan. Dia membelikan ibunya makanan yang enak dan mahal
untuk ibunya, isinya ayah bakar, tempe, tahu, dan nasi. Menurut sinar itu
adalah makanan yang paling enak yang pernah ia liat. Saat keluar dari warung
tersebut Sinar melihat ayahnya bersama wanita lain Sinar tidak mengetahui siapa
wanita itu. Sinarpun mendekati ayahnya.
“ayah..
siapa dia?”
“ngapain kamu kesini? Kamu nggak
usah tahu siapa wanita ini. Apa yang kamu bawa itu?” Tanya ayah Sinar sambil
menunjuk ke amplop cokelat yang ada di tangan Sinar.
“Ini uang ayah pemberian dokter
tadi katanya untuk biaya pengobatan ibu. Ayah kok nggak pulang?”
“nanti ayah pulang kamu pulang
duluan sana.”
“iya ayah. Sinar tunggu di rumah”
Sinar pun mencium tangan ayahnya dan perempuan
yang sedang bersama ayah Sinar itu dan Sinar berlari menuju rumah. Saat sampai
di rumah Sinar memanggil ibunya dengan suara yang sangat keras.
“ibu tadi Sinar ketemu dokter itu
dan dia memberikan kita uang. Katanya sih untuk pengobatan ibu. Dia juga titip
salam sama ibu. Ow iya bu tadi Sinar beliin ibu nasi yang paling enak ibu makan
yah baru nanti kita minum obat.”
Sinarpun menyuapi ibunya dengan perasaan yang
sangat senang.
“ow iya bu tadi Sinar ketemu sama
ayah katanya ayah mau pulang, tapi dia bersama dengan seorang wanita.”
“siapa wanita itu?” Tanya ibu
Sinar.
“nggak tahu bu.” Jawab Sinar
sambil nyuapi ibunya.
Tiba-tiba ada suara dari belakang Sinar.
“wanita ini adalah istri ku. Dia
jauh lebih cantik dan jauh lebih sehat daripada kamu.” Kata ayah Sinar sambil
menunjuk wanita yang ada di sampingnya.
“ayah.” Kata Sinar
“mana uang yang kamu pegang
tadi?” Tanya ayah Sinar
“uang ini untuk pengobatan ibu,
ayah”
“sini uang itu” kata ayah Sinar
sambil menarik amplop yang berisikan uang itu.
Akhirnya ayah Sinar berhail mengambil semua uang
yang ada di tangan Sinar. Sinar dan ibunya hanya bisa menangis tanpa bisa
melawan.
“uang ini sekarang menjadi milik
ku. Ow iya dengar yah mulai sekarang jangan panggil aku ayah karena aku bukan
lagi ayah kamu. Dan untuk kamu mulai sekarang kita ceraai.” Bentak ayah Sinar.
Sinar dan ibunya tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Dia sudah tidak memiliki ayah dan semua uang untuk pengobatan ibunya telah di
ambil oleh ayahnnya.