Minggu, 20 November 2016

cerpen kisan Sinar

Pahlawan Kecil
Biar hidup pas-pasan asal di jalani dengan keluarga yang lengkap membuat hidup Sinar sangatlah bahagia. Biar setiap hari makan nasi dan garam pun asal bersama keluarga yang lengkap serasa makan  daging setiap hari. Namun itu  dulu saat ibu Sinar masih sehat, semua kegiatan di laluinya dengan keluarga yang lengkap tapi sekarang ayah Sinar meninggalkan ibu Sinar. Dia pergi saat Sinar dan ibunya tertidur pulas. Dia pergi tanpa meninggalkan pesan. Sinar bocah 6 tahun itu belum mengetahui apa-apa. Dia tidak mengerti mengapa ayahnya pergi meninggalkan rumah dengan keadaan ibunya yang sakit itu.
        Setelah ayah Sinar pergi meninggalkan Sinar dan ibunya, Sinar pun merawat ibunya sendiri. Setiap hari ia ke hutan untuk mencari kayu dan menjualnya di pasar. Setelah mendapat uang hasil penjualan kayu bakar Sinar pun ke tempat penampungan beras untuk memungut beras yang berjatuhan di tanah. Pemilik penamupungan beras itu tidak melarang Sinar untuk mengambil beras yang berjatuhan itu asalkan Sinar tidak membuat kericuhan dan bukan beras yang berada di karung yang ia ambil. Setelah pulang dari pasar Sinar langsung menyimpan uang yang ia dapat di kaleng susu. Setelah itu ia pun ke dapur untuk memasak untuk ibunya. Beras yang ia dapatkan dari pemungutan di penampungan beras tadi ia cuci dengan bersih karena beras itu penuh dengan tanah dan pasir. Setelah tercuci bersih beras itupun di masak. Setelah nasinya masak Sinar mengambil satu piring dan menyimpan nasi tersebut di piring itu dan menaburinya sedikit garam. Kemudian Sinar  pergi ke samping ibunya dan menyuap ibunya.
“bu, hari ini kita makan nasi dan garam dulu yah. Sinar janji, besok Sinar akan membeli lauk untuk ibu.” Kata Sinar
“nasi dan garam ini sudah cukup nak.” Kata ibu Sinar
        Sinar menyuap ibunya dan sekali-kali ia memakan nasi itu juga. Setelah Sinar makan ia memberikan obat untuk ibunya.
        “ibu makan obat dulu setelah itu ibu istrahat.” Kata Sinar
        Sinar memberikan obat untuk ibunya dan Sinar menarik kaki ibunya karena ia ingin memindahkan ibunya ke tempat yang berteduh karena hari itu hujan turun atap rumah Sinar bocor. Karena ibu Sinar terkena lumpuh total dan dia tidak dapat menggerakkan badannya sedikit pun. Jika Sinar ingin memindahkan ibunya maka ia menarik kaki ibunya dan menyeretnya ketempat yang ia ingin kan. Sinar sangat kasihan melihat ibunya ia seret begitu namun, Sinar tidak dapat berbuat apa-apa karena ia hanya sendiri, ia tidak dapat mengangkat tubuh ibunya yang besar itu jadi ia hanya dapat menarik dan menyeret badan ibunya itu. Setelah ibunya tertidur pulas Sinarpun ke sungai untuk mencuci, walau hujan turun dengan derasnya ia pun tetap berjalan menyelusuri hutan untuk ke sungai. Setelah sampai di sungai iapun mencuci pakaian ibunya.
        Setiap hari Sinar lalui dengan bekerja dan merawat ibunya. Satu minggu sudah ayah Sinar meninggalkan keluarganya. Semua kebutuhan ibunya Sinar tanggung sendiri. Hari itu obat ibu Sinar sudah habis dan dia berencana kepasar untuk membeli obat. Dia mengembil uang tabungannya dan keluar dari pintu rumahnya. Namun, setelah ia berada di depan pintu rumah maka Sinar melihat sesuatu yang aneh, ia melihat ayahnya berdiri di depan rumah. Sinar berteriak dengan histeris.
        “ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu ayah pulang buuuuuu.”
Ayah Sinar mendekati Sinar dengan wajah yang datar. Dengan perasaan yang sangat senang Sinar memeluk ayahnya dan mencium tangan ayahnya.
        “ayah dari mana?” Tanya Sinar
        “mana ibu mu?” Tanya ayah Sinar
        “didalam ayah, ayah kangen yah sama ibu?” ledek Sinar
Ayah Sinar tidak mempedulikan perkataan Sinar, ia langsung masuk ke dalam rumah dan langsung mendekati ibu Sinar. Sinar pun berlari menghapiri ayah dan ibunya. Namun Sinar menemukan hal yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ayah Sinar meminta uang kepada ibu Sinar dengan perlakuan yang kasar. Karena ibu Sinar tidak dapat melawan sehingga ibu Sinar hanya menangis dan Sinar memeluk ibunya dengan kencang. Ternyata ayah Sinar melihat tangan Sinar dan melihat uang yang ada di tangan Sinar. Ayah Sinar mengambil uang Sinar dengan paksa.
“ayah jangan ambil uang itu, uang itu untuk membeli obat ibu” kata Sinar dengan menangis terseduh-seduh
Ayah Sinar tidak mempedulikan perkataan Sinar ia mengambil uang yang ada di tangan Sinar dan pergi meninggalkan Sinar dan ibunya. Sinar menangis dan memeluk ibunya.
“ibu maafkan Sinar, Sinar tidak bisa membelikan ibu obat karena uangnya di ambil ayah.”  Kata Sinar sambil menangis dan memeluk ibunya.
Ibu Sinar hanya menangis di pelukan Sinar dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
        Keesokan harinya Sinar kembali ke pasar dan memulai dari awal lagi mengumpulkan uang untuk membeli obat ibunya. Hari ini Sinar lebih giat lagi untuk bekerja. Hari sebelumnya ia hanya menjual kayu bakar di pasar tapi hari ini Sinar menambah pekerjaanya lagi yaitu menjadi kuli di pasar. Dia membantu pedang maupun pembeli untuk mengangkat dagangan dan belanjaannya. Sekali angkat Sinar di gaji lima ribu baik itu barangnya banyak maupun sedikit. Hari ini Sinar pulang malam dan tidak sempat masak untuk ibunya akhirnya ia berniat untuk membeli nasi bungkus untuk ibunya karena dia juga teringat akan janjinya beberapa hari yang lalu kalau ia akan memebelikan ibunya lauk. Sinar pun menuju ke warung yang ada di depan pasar ia memesan satu bungkus nasi yang berlaukkan telur.
“biar pun itu hanya telur asalkan ibu kenyang dan senang, kan aku pernah janjiin ibu lauk.” Kata Sinar dalam hati.
Sinar berjalan dengan girangnya menuju ke rumah. Sesampainya di depan rumah ia melihat rumahnya gelap tanpa ada suara sedikit pun.
        “assalamualaikum ibu, Sinar pulaang.” Sinar masuk kerumah dan langsung mencari pelita dan korek untuk memberikan dia penerangan. Di rumah Sinar tak ada aliran listrik karena rumah Sinar berada di dalam hutan dan jika listrik dapat masuk Sinar pun enggang untuk memasang listrik karena ia tidak sanggup membayar biaya listrik tersebut. Setelah menyalakan pelita Sinar kaget melihat lantai rumahnya yang terbuat dari kayu itu basah. Banyaak genangan air di dalam rumah Sinar.
        “apa jangan-jangan tadi hujan. Ibuuuuuuuuuuuuuu.” Kata Sinar.
Sinar pun berlari mecari ibunya. Ternyata benar dugaan Sinar ibunya terkena hujan badan ibu Sinar basah dan dia menggigil. Sinar segera memeluk ibunya dan menariknya ke tempat yang lebih kering. Badan ibu Sinar gemetaran dan panas.
“ibu maafin Sinar. Sinar telat pulang, ibu jadi kehujanan dan ibu sakit. Ibu maafin Sinar.” Sinar meminta maaf kepada ibunya sambil menangis.
“iya naaaakkkkk.. ibu juga nggak kenapa-kenapa” kata ibu Sinar terpatah-patah.
Sinar melepaskan pelukannya dan berlari mengambil sarung butut dengan lubang dimana-mana dan bantal kusam yang selalu mereka gunakan setiap malam. Namun malam ini bantal dan sarung itu di gunakan sepenuhnya oleh ibu Sinar karena ia sedang sakit.
“ibu makan dulu yah. Tadi sinar beliin ibu nasi bungkus. Sinar kan pernah janjiin ibu lauk, ini Sinar sudah beliin ibu makan yah.” Kata Sinar sambil membuka pembungkus nasi bungkus itu.
Sinar menyuap ibunya. Ibunya makan dengan lahap karena dia sangat kelaparan sudah seharian di tinggal oleh Sinar.
        “kamu nggak makan nak?” kata ibu Sinar
        “tadi Sinar udah makan duluan bu.” Jawab Sinar sambil tersenyum
Walau sebenarnya Sinar sangat kelaparan ia membohongi ibunya kalau dia sudah makan padahal diapun sebenarnya sangat kelaparan. Tapi dia tidak ingin mengganggu ibunya yang makan dengan lahapnya. Setelah makan Sinar mengambil handuk bekas dan merendmnya kedalam air dingin dan meletakan handuk itu di atas jidat ibunya. Sinar mengompres kepala ibunya karena ia tidak bisa keluar membelikan obat untuk ibunya. Setelah ibu Sinar tertidur Sinarpun merebahkan badannya di samping ibunya tanpa beralaskan tikar ataupun sarung dan tanpa adanya bantal.
        Seminggu sudah Sinar telah bekerja keras untuk mengumpukan uang. Setiap harinya Sinar menabung uang yang ia dapat itu di kaleng susu yang biasanya ia jadikan celengan namun sekarang Sinar menyimpang kaleng itu di bawah rumah karena kebetulan rumah Sinar adalah rumah kayu atau rumah panggung namun tidak seperti rumah panggung yang seperti ada di bugis. Sinar mengubur kaleng itu di dalam tanah dan lubang itu di lapisi Sinar dengan papan kemudian di kubur dengan mengunakan tanah. Sinar harap ayahnya tidak menemukan uang yang ia tabung itu karena uang itu ingin ia gunakan untuk membeli obat ibunya karena sudah seminggu ibunya tiduk minum obat dan tubuhnya sangat lemas karena tidak pernah meminum obat tersebut. Sinar sangat kasihan melihat kondisi ibunya ia duduk tertekun di depan lubang yang ia buat itu. Ia berfikir bagaimana caranya dapat membelikan obat untuk ibunya sedangkan uang yang ia miliki kurang lima puluh ribu.
“saya harus bekerja keras agar dapat membelikan ibu obat.” Kata Sinar sambil berdiri dari tempat duduknya.
Sinar pun berlari menuju pasar dan mencari pekerjaan lagi karena tidak ada lagi yang memerlukan tenaga Sinar untuk mengangkat barang-banrangnya jadi Sinar mencoba mencari pekerjaan lagi. Namun sudah satu jam lebih Sinar mengelilingi pasar untuk mencari pekerjaan tapi tidak ada satu pun yang memerlukan tenaga Sinar. Sinar duduk di trotoar jalan sambil memikirkan ibunya. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah warung yang pernah ia singgahi beli nasi bungkus.
“apa disana ada pekerjaan untuk ku?” Tanya Sinar pada dirinya sendiri.
Sinar pun berlari menuju warung tersebut dengan harapan mendapat pekerjaan yang layak.
“ibu.. permisi apa saya bisa bekerja dsini bu?” Tanya Sinar kepada ibu pemilik warung tersebut.
“maaf dek sepertinya warung ini tidak membutuhkan tenaga tambahan”
“tapi bu saya perlu pekerjaan bu untuk membeli obat untuk ibu saya” harap Sinar
“ya sudah kamu cuci piring yang ada di belakang”
“iya bu, makasi bu.” Sinar mencium tangan ibu warung itu dan berlari menuju tumpukan piring yang ada di belakang.
Sinar dengan semangatnya mencuci bersih semua piring-piring kotor itu. Setelah dia selesai mencuci piring maka dia meminta izin kepada ibu pemilik warung itu untuk membantunya mengangkat makanan pesanan orang dan mengantarkan makanan yang orang pesan. Karena ibu warung menerima pesanan makanan juga, banyak pedang pasar yang memesan makanan ke warung tempat Sinar bekerja. Hari sudah malam akhirnya Sinar meminta izin kepada ibu warung untuk pulang karena ibu hanya tinggal sendiri. Ibu warung itu pun mengizinkan Sinar untuk pulang sebelum Sinar pulang ibu warung itu memberikan upah dua puluh ribu kepada Sinar dan memberikan Sinar dua bungkus nasi. Sinar sangat senang akan pemberian ibu warung itu dia pun lari pulang kerumah. Keesokan harinya Sinar ke apotik untuk membelikan obat untuk ibunya walaupun hanya seperdua obat yang ia beli Sinar merasa senang karena dapat membelikan ibunya obat. Saat membeli obat Sinar bertemu dengan seorang dokter dan dokter itu pun menyapa Sinar.
        “dek, untuk siapa obat itu?” Tanya dokter itu
        “untuk ibu Sinar kak.” Jawab Sinar.
        “ibu kamu lumpuh?”
“iya kak, ibu Sinar lumpuh sudah satu tahun ibu lumpuh tapi ayah  meninggalkan ibu karena dia tidak sanggup lagi membelikn obat untuk ibu. Sekarang Sinarlah yang harus mencari uang untuk membeli obat untuk ibu. Sinar hanya bisa beli setengah obat ibu karena uang Sinar tidak cukup.” Jelas Sinar sambil meneteskan air mata.
“saya bisa ketemu dengan ibu kamu?” Tanya dokter itu.
“bisa kak.” Sinar sangat senang karena ada orang yang ingin melihat ibunya.
Sinar dan dokter itu ke rumah Sinar. Dengan perjalanan kurang lebih dua jam Sinar dan dokter itu sampai di rumah Sinar. Sinar mengajak dokter itu bertemu dengan ibu Sinar. Dokter itu sangat kasihan melihat Sinar dan ibunya. Seorang anak berusia enam tahun dapat merawat ibunya yang terkena lumpuh. Karena kasihannya, dokter itu berencana memberikan bantuan kepada Sinar. Dokter itupun meminta Sinar untuk menemuinya besok pagi di rumah sakit tempat ia bekerja. Dokter itupun meminta izin kepada Sinar dan ibunya untuk pulang karena ia harus kembali ke rumah sakit.
“siapa dokter itu nak” Tanya ibu Sinar dengan suara paraunya. Ia kelihatan sangat lemas karena beberapa hari terakhir ini ia tidak pernah minum obat.
“nggak tahu bu, tadi Sinar ketemu dia di apotik dan dia ingin ketemu dengan ibu” jawab Sinar sambil menyuapkan obat kepada ibunya.
        Keesokan harinya Sinar ke alamat rumah sakit yang telah di berikan dokter itu kepada Sinar. Setelah sampai di rumah sakit Sinar bertemu dokter itu di pintu masuk rumah sakit.
        “kebetulan kamu sudah datang ayo ikut kakak.” Ajak dokter itu
Sinar mengikuti langkah dokter itu dan ternyata dokter itu masuk kesebuah ruangan dokter yang sangat besar. Saat sampai di ruangan, dokter itu membuka laci mejanya dan mengambil sebuah amplop coklat.
“ini untuk kamu. Pake uang itu untuk berobat ibu kamu. Maaf Sinar kakak harus pergi.” Dokter itu keluar dari ruanganya dan Sinarpun mengikutinya.
Sinar sangat senang dengan pemberian dokter itu karena kegirangannya dia lupa mengucapkan terima kasih. Dia pun berlari menuju mobil dokter itu.
        “ada apa Sinar?” Tanya dokter itu
“terima kasih kak uangnya. Semoga ibu bisa sembuh dengan bantuan kakak.”
“iya Sinar sama-sama. Salam untuk ibu kamu.”
“iya kak.”
Dokter itupun hanya terenyum dan melajukan mobilnya menjauh dari Sinar. Sinar pun ke apotik dan membelikan ibunya obat untuk persediaan satu minggu kedepan. Setelah ke apotik dia ke warung untuk membelikan ibunya makanan. Dia membelikan ibunya makanan yang enak dan mahal untuk ibunya, isinya ayah bakar, tempe, tahu, dan nasi. Menurut sinar itu adalah makanan yang paling enak yang pernah ia liat. Saat keluar dari warung tersebut Sinar melihat ayahnya bersama wanita lain Sinar tidak mengetahui siapa wanita itu. Sinarpun mendekati ayahnya.
        “ayah.. siapa dia?”
“ngapain kamu kesini? Kamu nggak usah tahu siapa wanita ini. Apa yang kamu bawa itu?” Tanya ayah Sinar sambil menunjuk ke amplop cokelat yang ada di tangan Sinar.
“Ini uang ayah pemberian dokter tadi katanya untuk biaya pengobatan ibu. Ayah kok nggak pulang?”
“nanti ayah pulang kamu pulang duluan sana.”
“iya ayah. Sinar tunggu di rumah”
Sinar pun mencium tangan ayahnya dan perempuan yang sedang bersama ayah Sinar itu dan Sinar berlari menuju rumah. Saat sampai di rumah Sinar memanggil ibunya dengan suara yang sangat keras.
“ibu tadi Sinar ketemu dokter itu dan dia memberikan kita uang. Katanya sih untuk pengobatan ibu. Dia juga titip salam sama ibu. Ow iya bu tadi Sinar beliin ibu nasi yang paling enak ibu makan yah baru nanti kita minum obat.”
Sinarpun menyuapi ibunya dengan perasaan yang sangat senang.
“ow iya bu tadi Sinar ketemu sama ayah katanya ayah mau pulang, tapi dia bersama dengan seorang wanita.”
“siapa wanita itu?” Tanya ibu Sinar.
“nggak tahu bu.” Jawab Sinar sambil nyuapi ibunya.
Tiba-tiba ada suara dari belakang Sinar.
“wanita ini adalah istri ku. Dia jauh lebih cantik dan jauh lebih sehat daripada kamu.” Kata ayah Sinar sambil menunjuk wanita yang ada di sampingnya.
“ayah.” Kata Sinar
“mana uang yang kamu pegang tadi?” Tanya ayah Sinar
“uang ini untuk pengobatan ibu, ayah”
“sini uang itu” kata ayah Sinar sambil menarik amplop yang berisikan uang itu.
Akhirnya ayah Sinar berhail mengambil semua uang yang ada di tangan Sinar. Sinar dan ibunya hanya bisa menangis tanpa bisa melawan.
“uang ini sekarang menjadi milik ku. Ow iya dengar yah mulai sekarang jangan panggil aku ayah karena aku bukan lagi ayah kamu. Dan untuk kamu mulai sekarang kita ceraai.” Bentak ayah Sinar.

Sinar dan ibunya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia sudah tidak memiliki ayah dan semua uang untuk pengobatan ibunya telah di ambil oleh ayahnnya.